Makanan menjadi kebutuhan pokok harian bagi manusia yang harus dipenuhi. Agama mengajarkan bahwa makanan dan apapun yang kita peroleh di dunia ini merupakan pemberian Tuhan. Dan Tuhan akan senantiasa memenuhi kebutuhan umat-Nya. Yang perlu dilakukan manusia agar kebutuhannya dapat terpenuhi adalah dengan berusaha dan berdo’a, memohon rahmatnya.
Do’a Kristen yang sangat terkenal, Do’a Bapa kami yang dipercaya sebagai do’a yang diajarkan langsung oleh Yesus juga mengandung permohonan kepada Tuhan agar diberkahi makanan.
Penggalannya dalam salah satu versi bahasa Inggris berbunyi
“…..give us this day our daily bread….”
yang berarti ” ….berikanlah pada kami pada hari ini, roti harian kami…”.
Dalam versi yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia bunyinya :
“….berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya….”
Secara kontekstual kata “bread” yang berarti “roti” diterjemahkan ke dalam versi menjadi bentuk yang lebih umum, “makanan”. Ini jelas terkait dengan pola makan orang Indonesia yang tidak mengenal roti sebagai makanan pokok.
Makna dari do’a ini jelas, memohon berkat harian, memohon pemeliharaan.
Di luar sana, penggalan doa’a ini cukup populer untuk diabadikan pada seni kerajinan terutama yang berhubungan dengan peralatan makan.
Penggalan doa “…give us this day our daily bread…” dapat kita temukan pada piring, mangkuk maupun peralatan makan yang lain.
Meskipun kelihatan sebagai piring yang menagih janji, terutama saat kita memandang piring tersebuta dalam keadaan kosong saat kehidupan perekonomian kita morat-marit,bila kita renungkan lebih jauh, peralatan makan ini menjadi pengingat bahwa semua kebutuhan manusia bersumber dari Tuhan dan hanya pada Dialah seharusnya manusia meminta. Dan tentunya saat meminta kitapun harus meyakini do’a tersebut dengan pergi menjemput rejeki yang sudah Tuhan siapkan bagi manusia. Dan tak lupa pula bahwa atas semua anugerah yanng diterima, ada ucapan syukur bagi Sang Pemberi.
Di saat kia berdo’a adakah pikiran kita tertuju pada orang lain?
Saat kita berdoa memohon rizki sementara kita sendiri tidak sedang berada dalam keadaan benar-benar kekurangan, apakah kita juga peduli pada yang lain. Tidak semua orang atau tempat di dunia ini memiliki cukup makanan untuk di makan bahkan tidak punya sama sekali.
Di mana-mana kiat dapat menemukan berita mengenai negara yang dilanda kelaparan. Sewasa ini sudah tidak aneh lagi untuk mendengar berita mengenai kematian satu atau banyak orang karena kelaparan. Indonesia yang terkenal dengan moto “gemah ripah loh jinawi”nya juga tidak lepas dari permasalahan yang satu ini. Kelaparan sendiri bukan cuma kata yang dapat dipakai untuk menggambarkan situasi kelaparan dalam skala besar. Jika kita melihat sekeliling, kita bisa menemukan bahwa kelaparan bisa jadi cukup dekat dengan kita. Mungkin itu dialami oleh orang dekat kampung kita, atau bahkan mungkin orang di sebelah rumah kita.
Dalam tiap detik yang berlalu, mungkin do’a yang sama tak pernah luput untuk di panjatkan. Namun akan terasa berbeda saat kita hanya mengucapkannya sebagai suatu rutinitas. Kita tidak lagi memahami artinya…. Bahkan mungkin hakekat do’a yang ditinjau dari segi bahasa merupakan do’a berjama’ah terasa sebagai suatu do’a untuk diri pribadi. Do’a itu terus dipanjatkan. Dalam hening maupun dalam gema gedung-gedung ibadah yang megah.
Sementara di negara barat-Kristen keluarga-keluarga yang berbahagia berkumpul untuk makan bersama di ruang makan yang nyaman, dengan peralatan makan berisi kutipan kata-kata dari do’a Bapa Kami
“….give us this day our daily bread…”
“….berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya…”
ada bagian lain dari dunia ini yang sedang berteriak
“berilah kami makanan……”